tips menahan amarah dan hawa nafsu

Tips Cara Menahan Nafsu Dan Amarah
Posted by wongpo2006 on 9/12/08 • Categorized as Uncategorized
Ketika anda mengalami persoalan yang memancing amarah, apa yang akan anda lakukan? Memendam amarah atau justru melampiaskanya kepada orang lain. dibulan suci ini kita sedang diuji menahan nafsu.. sepert nafsu syahwat, nafsu makan, nafsu amarah,dll. KEMBALI KE… permasalahan amarah saya akan coba kupas gimana cara mengelola amarah.
1. Tenangkan diri anda, bila anda sudah merasakan tanda tanda kemarahan seperti denyut nadi yang bertambah cepat, nafas ter engah-engah atau darah mengalir cepat, cobalah menarik nafas dalam-dalam dan redakan emosi yang sedang bergejolak.
2. Segera ambil jarak dari sumber kemarahan dan lakukan relaksasi singkat. Coba redakan amarah anda dengan mengatakan pada diri anda sendiri “it’s OK” atau “tenanglah” dll.
3. Ubahlah cara pandang anda, ketika sedan marah, pikiran dan tindakan kita jadi berlebih-lebihan dan dramatis.. rubahlah jadi rasional.
4. Selesaikan masalah dengan segera. ga baik bila sampe lebih dari 3 hari.
5. Melakukan konseling, ketika anda merasa tak mampu lagi mengendalikan amarah. lakukanlah konseling dengan orang yang anda anggap bijaksana.
Sumber : http://www.alimaksum.pipo-crew.net


8 Tips Meredam Amarah

Ada rahasia besar kenapa Rasulullah mewasiatkan kepada para sahabat, "Jangan marah, jangan marah, jangan marah, supaya kamu masuk surga". setidaknya hal itulah yang berusaha diungkap Anis Matta dalam 8 Mata Air Kecemerlangan. beliau menyebutkan bahwa marah adalah salah satu dari empat hal yang bisa menghancurkan tekad, merusak kejernihan dalam aktualisasi diri, dan mengurangi konsentrasi. bagaimanapun kondisi kita, berusahalah untuk tidak marah. sulit memang, namun ketika kita mengingat betapa banyak kebaikan yang didapat ketika kita berhasil mengalahkan nafsu amarah itu, pasti kita akan berjuang habis-habisan untuk menaklukkannya. baiklah langsung saja kita simak tips-tips meredam amarah yang dikutip dari buku 8 Mata Air Kecemerlangan;

1. Alihkan pikiran anda dari objek yang membuat anda marah
jika sedang marah pada seseorang, maka beralihlah dari orang tersebut dan mencoba berpikir tentang hal lain

2. Tariklah nafas dalam-dalam lalu buang secara perlahan
latihan ini dilakukan agar kita lebih rileks dan bisa mulai fokus pada hal-hal lain

3. Ingatkan diri anda untuk mengendalikan diri
bayangkan surga ketika anda berhasil mengendalikan diri dari marah. berarti pula anda menang dalam pertempuran melawan hawa nafsu

4. Ubah posisi tubuh saat akan marah
jika kita marah dalam keadaan berdiri, maka kita ubah posisi dengan duduk. jika marah dalam keadaan duduk maka kita ubah posisi dengan berbaring

5. Berwudhu dan shalat dua rakaat

6. Bayangkan tentang betapa buruknya wajah yang merah padam dan leher yang membengkak jika sedang marah

7. Bayangkan betapa banyak energi yang akan anda keluarkan untuk "melayani" permintaan angkara murka anda

8. Perbanyak diam, sebab dalam diam, proses berpikir anda terus berjalan

By : multyply.com

Cara dan Obat menjinakkan Amarah

Nafsu ammarah salah satu dari tujuh nafsu dalam diri manusia. Secara harfiah amarah berarti mengajak atau menyuruh. Sedang nafsu itu sendiri berarti jiwa. Seperti apa wujudnya dalam tingkah laku sehari-hari?

NAFSU ammarah acap mengajak akal-pikiran manusia untuk berangan-angan. Biasanya dengan iming-iming yang menggiurkan: makan, minum, tidur, dan jima’ secara berlebihan.

Allah berfirman:

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahanku), karena sesungguhnya nafsu (ammarah) itu selalu menyuruh kepada kejahatan.” (QS. Yusuf, 53)

(QS. , 53)

“Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf, 179)

(QS. , 179)

Nafsu ammarah disebut juga nafsu binatang. Bahkan, Imam Ghazali dalam bukunya yang terkenal Ihya’ Ulumuddin menyebutnya dengan citraan yang lebih kontras: bahimiyyah dan sabu’iyyah (binatang ternak dan binatang buas).

Sifat binatang ternak dan binatang buas itu mengeram dalam diri manusia. Mulai dari jiwa sampai jasmaninya. Wujudnya dalam bentuk perilaku makan, minum, tidur, bersenggama, dan tempat yang serba berlebihan, tidak islami. Puncaknya: hubbud dun-ya wakarahatul maut (cinta dunia dan takut mati).



Pemelihara Jasmani

Ammarah salah satu nafsu yang meliputi jiwa manusia. Nafsu itu mewarnai segala perbuatannya yang serba berlebihan (tusrifu). Jika nafsu amarah telah menguasai akal-pikiran manusia, maka tabiatnya akan condong pada kehidupan yang serba mewah. Meski, untuk mencapainya harus menempuh jalan yang melanggar syariat Islam.


salah satu nafsu yang meliputi jiwa manusia. Nafsu itu mewarnai segala perbuatannya yang serba berlebihan . Jika nafsu amarah telah menguasai akal-pikiran manusia, maka tabiatnya akan condong pada kehidupan yang serba mewah. Meski, untuk mencapainya harus menempuh jalan yang melanggar syariat Islam.

Namun di sisi lain nafsu ammarah juga berperan sebagai pemelihara hidup jasmani. Ini suatu tanda bahwa semua yang diciptakan Allah tidaklah sia-sia.

Nafsu ammarah sebetulnya bukan beban bagi manusia. Sebab nafsu ammarah juga berguna bagi manusia dalam memelihara jasadnya selama hidup di dunia.



Budak Dunia

Jika nafsu amarah menguasai diri manusia maka jadilah ia sebagai orang yang tamak, rakus, loba dan berbagai macam sifat tidak terpuji lainnya. Bahkan tidak sedikit yang lalai dalam urusan agama karena disibukkan urusan dunia.

Mereka suka bermegah-megahan, gemar menimbun kekayaan tanpa menghiraukan kewajiban berzakat. Mereka lebih senang menghabiskan harta di jalan setan (maksiat) daripada di jalan Allah. Mereka telah diperbudak dunia.

Tentang hal ini, ada hadist berbunyi:

“Wahai dunia, berkhidmatlah kepada orang yang berkhidmat kepada-Ku, dan perbudaklah orang yang mengabdi kepadamu!” (HQR. Al-Qudha’I, dari Ibnu Mas’ud)

(HQR. Al-Qudha’I, dari Ibnu Mas’ud)

Orang sering tak sadar, kehidupan dunia ini tak lebih dari fatamorgana. Dengan nafsu ammarah manusia sering berambisi ingin “memiliki dunia”. Ada rasa tidak puas dengan apa yang telah dikaruniakan Allah baginya.

Allah berfirman: “Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (QS. Al-Imraan, 14)

Atau pada firman yang lain:

“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al Anbiyaa’, 35)

(QS. , 35)

Ammarah Bahimiyyah

Nafsu ammarah berbusana bahimiyyah itu identik dengan laku hidup binatang ternak dalam hal memenuhi kebutuhan jasmaninya. Tidak heran, orang yang jalan pikirannya dikuasai nafsu ammarah berbusana bahimiyyah laku-hidupnya sering seperti binatang ternak.

Dalam kaitan nafsu ammarah berbusana bahimiyyah kiranya perlu diperhatikan pengertian kalimat “berlebih-lebihan” atau “pemborosan” dan “sederhana”, sebagaimana acap disebut dalam Al Qur’an.

Pengertian “berlebih-lebihan” dan “pemborosan” ialah perbuatan yang melampaui batas yang wajar. Sedang “sederhana” ialah perbuatan menahan diri dari kemampuan maksimal yang dimilikinya. Dua pengertian tersebut tentu tidak lepas dari norma-norma syari’at islam.

Orang yang sering menggunakan hartanya untuk kemaksiatan dan kejahatan, baik lahir maupun batin, disebut “golongan manusia boros”. Pemboros, adalah saudara atau teman-teman setan. “Tidaklah setan mempunyai famili, melainkan bangsanya sendiri”.

Allah berfirman:

“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan, dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” Al-Israa’ Ayat 27

Al-Israa’ Ayat 27

Makan dan minum memang tidak dilarang, asal tidak berlebihan. Sesuai dengan firman Allah:

“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan”. (QS. Al A’raaf, 31)


(QS. , 31)

Atau menurut Hadist Rasulullah SAW:

“Makanlah, minumlah, pakailah dan bersedakahlah jangan berlebih-lebihan dan janganlah untuk bermegah-megahan.” (HR Abu Daud dan Ahmad)

(HR Abu Daud dan Ahmad)

Memang, “jalan tengah” adalah yang tidak berlebih-lebihan. Termasuk urusan makan dan minum. Terbukti, penyakit kebanyakan faktor penyebab utamanya adalah berlebihan dalam soal porsi makan dan minum. Sebab, perut biasanya sumber penyakit dan seburuk-buruk tempat.

Ada hadist yang dengan amat bijaknya mengatur urusan perut ini:

“Tidak ada satu wadahpun yang diisi oleh bani Adam lebih buruk dari perutnya, cukuplah baginya beberapa suap untuk memperkokoh tulang belakangnya agar dapat tegak. Apabila tidak dapat dihindari baiklah sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum dan sepertiga lagi untuk napasnya”. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)

(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)



Ammarah Sabu’iyyah

Nafsu ammarah berbusana sabu’iyyah ialah nafsu yang sifatnya seperti binatang buas dalam cara mencari atau memenuhi kebutuhan jasmaninya. Seperti: makan, minum, tidur, kawin, dan sebagainya. Tidak heran, orang yang jalan pikirannya dikuasai nafsu ammarah berbusana sabu’iyyah maka dalam mencari dan memenuhi kebutuhan hidupnya ia acap berlaku seperti binatang buas.

Lihat saja tabiat orang yang dikuasai nafsu ammarah berbusana sabu’iyyah: sodok sana, sodok sini! Cengkeram sana, cengkeram sini! Sungguh sangat memprihatinkan.

Dengan kekuasaan, mereka merasa tinggi serta dapat menata si miskin. Dengan harta, mereka merasa terhormat kendati berbuat nista dan maksiat. Tahukah mereka apakah sebetulnya harta itu?

Allah berfirman:

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu) dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. Al Anfaal, 28)

(QS. Al Anfaal, 28)



Memang, sudah menjadi fitrah manusia untuk mencintai dan banyak keinginan dalam meraih kehidupan dunia. Namun demikian, tetap harus dipahami bahwa kenikmatan duniawi hanya sebatas kesenangan di dalam hidup yang fana.

Firman Allah:

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini (syahwat), yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (QS. Ali Imran, 14)


QS. , 14)



Al Qur’an: Obat Mujarab

Pada jiwa setiap manusia memang sudah terdapat benih nafsu ammarah bersifat bahimiyyah maupun sabu’iyyah. Hanya frekuensinya yang berbeda. Maka itu, upaya mengendalikan ruang gerak nafsu ammarah itu perlu, sebagai ikhtiar untuk mencapai kemuliaan rohaniah.

Untuk itu, Allah telah menurunkan Al Qur’n sebagai penawar yang sangat mujarab terhadap penyakit apa saja. Penyakit lahir maupun batin. Bahkan Al Qur’an juga menjadi rahmat bagi setiap orang yang beriman, dan bukan orang yang zalim:

Sebagaimana firman-Nya:

“Dan kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’aân itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al-Israa’, 82)

(QS. , 82)

Penawar Nafsu Ammarah

Penawar nafsu ammarah meliputi tiga tahapan. Yaitu: (1) ilmu ma’rifah; (2) dzikrullah yang kontinyu, dan (3) mujahadah.

Berkaitan ilmu ma’rifah hendaklah seseorang belajar ilmu-ilmu tentang sekitar aib nafsu. Untuk itu, tentu perlu bimbingan seorang ulama alias Syekh Mursyid. Ilmu ma’rifah tentu tidak lepas ilmu tauhid.

Untuk itu, perlu pengenalan hakikat diri lahir- batin. Jika orang telah mengenal dirinya secara kaffah (sempurna), niscaya ia tidak akan mudah tertipu oleh dirinya sendiri. Sebab, musuh yang paling berbahaya dan pandai menipu adalah diri sendiri. Yang dimaksud diri ialah nafsu fujur (jiwa fasik) alias nafsu ammarah.

Manusia yang tidak mengenal dirinya, lahir maupun batin, akan terombang-ambing oleh tipuan nafsu ammarah. Akibatnya, ia mudah tergiur oleh bujuk rayu setan. Dan setan bersembunyi di dalam dirinya sendiri.

Allah berfirman:

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. Az-Zalzalah, 7-8)

(QS. , 7-8)

Dzikrullah yang kontinyu juga merupakan sarana pembersih jiwa. Sesuai dengan firman (?) Allah:

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia shalat (berhubungan dengan Tuhannya)”. (QS. Al A’laa, 14-15)

. (QS. Al A’laa, 14-15)

Zikir yang terus menerus dapat menenangkan jiwa. Tidak akan tenang jiwa seseorang melainkan jika jiwanya dalam keadaan bersih dari kotoran maksiat. Dan tidak akan bersih jiwa seseorang melainkan dengan menjalankan zikir yang terus menerus.

Dan sebaik-baik dzikrullah bagi orang-orang yang masih pada tahapan pembersihan serta menundukkan nafsu ammarah ialah zikir nafi itsbat: لاَاِلَهَ اِلاَّاللهُ

Laa Ilaaha Illallaah (Tidak ada tuhan kecuali Allah”. Hal itu harus dilakukan terus menerus. “Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berdo’a: “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. (QS. Ar-Ruum, 32)

Cara lain: dengan cara mujahadah. Artinya, memerangi hawa nafsu dengan cara menghindari segala bentuk kemaksiatan lahir maupun batin. Juga melawan gejolak kehendak jiwa yang mengajak untuk berbuat nista dan yang menghalangi tujuh anggota sujud.

Jika seseorang telah mengetahui hakikat kehidupan dunia dan menetapkan dzikrullah secara terus menerus, niscaya ia akan selalu kuat jiwanya dalam menghadapi segala kondisi yang memperdayakan. Akal dan pikirannya tidak mengikuti gejolak hawa nafsu yang selalu mengajak berkhayal dan berbuat kejahatan.

Maka jika seseorang telah mampu mengendalikan hawa nafsunya, niscaya tampaklah sifat dan perbuatannya tidak dibuat-buat. Atau sekadar terpaksa dalam mengamalkan syari’at Islam.

Tentang hal ini Allah pun berfirman:

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tidak berguna.” (QS. Almu’minun, 1-3)

(QS. Almu’minun, 1-3)

Tiga tahapan yang meliputi ilmu, zikir, dan mujahadah tersebut tentu saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Tidak dapat seseorang mencapai kebersihan diri (nafsu) bila sekadar mengamalkan zikir. Atau mengamalkan salah satu di antara ketiganya.
__________________
"Banyak orang mendorongku agar berada di'tengah' perhatian, namun aku lebih suka berada di'tepi' perhatian, karena disitulah kita merasa lebih baik...

By : AFC

Tidak ada komentar: